Halaman
Apakah Anda biasa melakukan diskusi dengan teman-teman?
Kegiatan diskusi dapat pula dilakukan dalam lingkup lebih luas,
misalnya seminar. Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar mencatat
dan merangkum isi diskusi. Dalam pelajaran ini pun, Anda akan
belajar menyampaikan hasil penelitian. Kegiatan melaporkan
penelitian dapat Anda praktikkan dalam pelajaran lain, misalnya
Biologi, saat melakukan penelitian di laboratorium. Mungkin
juga pelaporan penelitian ini dapat Anda lakukan dalam kegiatan
masyarakat. Misalnya, penelitian masalah kependudukan di daerah
Anda. Adapun hobi Anda membaca novel Indonesia dan terjemahan
dapat diaplikasikan dalam pelajaran ini. Anda akan belajar menelaah
unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia dan terjemahan.
mi
sa
l
nya
s
em
i
nar.
Da
l
a
m
pe
l
a
j
ara
n
i
n
i
,
An
d
a
ak
an
b
e
l
a
j
ar
m
enca
t
a
t
da
n
m
eran
g
ku
m
isi
diskusi
.
D
a
l
a
m
p
ela
j
aran
ini
p
u
n
,
An
da
a
k
a
n
b
e
l
a
j
a
r
m
en
y
ampa
ik
a
n
h
as
il
p
ene
li
t
i
an
.
Ke
gi
atan
me
l
a
p
or
k
a
n
pene
li
t
i
a
n
d
apat
A
n
da
pra
k
t
ikk
a
n
d
a
l
am
p
e
l
a
j
aran
l
a
i
n
,
mi
sa
l
nya
B
iolo
g
i
,
saat
m
e
l
a
k
u
k
a
n
p
enelitia
n
d
i
laboratorium
.
Mun
g
kin
j
u
ga
p
ela
p
oran
p
enelitia
n
i
n
i
d
a
p
a
t
A
n
da
la
k
u
k
an
da
l
a
m
ke
g
iatan
m
asyara
k
at
.
Mi
sa
l
nya
,
pene
li
t
i
a
n
m
asa
l
a
h
k
epen
d
u
d
u
k
a
n
di
d
aera
h
Anda
.
Ada
p
u
n
h
ob
i
A
n
da
m
e
m
baca
n
o
v
el
In
do
n
es
i
a
da
n
t
er
j
emaha
n
da
p
at
d
ia
p
likasika
n
da
l
am
pela
j
ara
n
ini
.
An
da
a
k
an
bela
j
ar
m
e
n
e
l
aah
unsu
r
i
ntr
i
ns
ik
d
a
n
ek
str
i
ns
ik
n
ove
l
I
n
d
ones
ia
d
an
t
er
j
ema
h
an
.
Apakah
Anda
biasa
melakukan
diskusi
dengan
teman
-
teman?
Apakah
Anda
biasa
melakukan
diskusi
dengan
teman teman?
Kependudukan
6
Pelajaran
S
u
m
b
e
r
:
M
a
j
a
l
a
h
T
e
m
p
o
,
J
u
l
i
2
0
0
5
126
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
Peta Konsep
Memahami unsur-unsur
pokok bacaan/masalah
terdiri atas
kegiatan
kegiatan
kegiatan analisis
Menyampaikan hasil
penelitian
menuliskan pokok-pokok
menjelaskan proses
penelitian
Membandingkan unsur
intrinsik dan ekstrinsik
novel
mencatat pokok-pokok
merangkum
Merangkum pembicaraan
diskusi/seminar
Perbandingan intrinsik
• tema
• tokoh
• watak
• alur
• latar
• gaya bahasa
• amanat
Perbandingan ekstrinsik
(pengarang, penerbit, dsb).
Alokasi waktu untuk Pelajaran 6 ini adalah 15 jam pelajaran.
1 jam pelajaran = 45 menit
Kependudukan
127
Merangkum Diskusi
A
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat berlatih mencatat
pokok-pokok pembicaraan dalam diskusi terlebih dahulu. Di samping itu,
Anda pun perlu merangkum seluruh isi pembicaraan ke dalam beberapa
kalimat. Setelah itu, tanggapilah rangkuman yang dibuat oleh teman Anda.
Kegiatan diskusi merupakan wadah bagi para peserta untuk
saling bertukar pikiran. Melalui kegiatan diskusi, Anda dapat
mengemukakan pendapat, ide, dan pertanyaan seputar topik
yang sedang dibicarakan. Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh
sedikitnya dua orang. Adapun tujuannya adalah untuk menemukan
solusi atau kebenaran tentang sesuatu yang diperbincangkan.
Dengan berdiskusi, wawasan Anda akan bertambah. Selain itu, daya
nalar Anda akan terlatih dan Anda akan terbiasa mendengarkan serta
menghargai pendapat orang lain.
Dalam sebuah diskusi, tidak tertutup kemungkinan akan timbul
perdebatan akibat perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan oleh
adanya berbagai perbedaan dari setiap peserta diskusi. Perbedaan
tersebut meliputi berbagai faktor, yakni perbedaan latar belakang
pendidikan, subjektivitas, paradigma, dan idealisme setiap peserta
yang dapat memperkaya sebuah diskusi. Makin banyak peserta
memberi berbagai pendapat, akan semakin banyak pula informasi
yang dapat diserap bersama (
sharing
).
Agar lebih memahami materi tentang diskusi, perhatikanlah
contoh kutipan diskusi berikut ini dengan saksama. Jangan lupa,
catatlah hal-hal penting yang ada dalam diskusi tersebut.
Pembicara
: Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab
makin banyaknya jumlah anak putus sekolah.
Hal ini sangat mem-
prihatinkan karena sebagian dari anak-anak putus sekolah
yang hidup di kota besar mulai turun ke jalan sebagai anak
jalanan. Padahal, mereka adalah generasi penerus bangsa yang
akan melanjutkan cita-cita pembangunan Indonesia. Parahnya,
kehidupan anak jalanan sangat akrab dengan kriminalitas.
Beberapa di antara mereka, selain menjadi pengamen, pengemis,
dan pedagang asongan, ada juga yang terjebak di dalam lembah
hitam, yaitu berprofesi sebagai pencopet cilik akibat kebutuhan
mereka untuk mengisi perut yang kosong.
Ada lagi fenomena yang sangat menyedihkan, beberapa
anak yang turun ke jalanan tersebut justru mendapat dukungan,
bahkan diperintah oleh orangtua kandung mereka. Sungguh miris.
Padahal, setiap orangtua memiliki kewajiban untuk mendidik
anaknya dan harus dipertanggungjawabkan, baik secara moral
maupun di hadapan Yang Mahakuasa.
Moderator
: Baiklah, tampaknya waktu kita semakin sempit.
Selanjutnya, mari kita lanjutkan acara diskusi ini ke segmen tanya
jawab. Bagi rekan-rekan yang akan memberikan tanggapan, saya
persilakan. Ya, silakan Saudara Nadira.
Sumber
:
www
.
ppi.goeningen.de
Gambar 6.1
Kegiatan diskusi dapat Anda
lakukan bersama teman kelompok.
128
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
Peserta
1 : Terima kasih. Saya Nadira Hara dari kelompok 1.
Setelah menyimak pemaparan dari pembicara tadi, saya setuju jika
faktor ekonomi merupakan penyebab bertambahnya jumlah anak
putus sekolah yang berimbas pada peningkatan jumlah anak jalanan.
Bahkan, menurut saya faktor ekonomi merupakan faktor utama. Satu
hal yang belum saya dengar dari pembahasan tadi, bagaimana solusi
terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut? Lalu, sebagai pelajar,
apa yang dapat kita lakukan? Terima kasih.
Moderator
: Terima kasih, Saudara Nadira. Ya, Indra, silakan,
langsung saja tanggapi pertanyaan tersebut. Tak lupa, jika setelah
pembicara menjawab, ada di antara rekan-rekan yang akan ber-
pendapat, silakan mengangkat tangan.
Pembicara
: Terima kasih. Menurut saya, solusi terbaik
sebetulnya ada di tangan pemerintah. Andai saya berkesempatan
memberikan usulan, saya ingin mengusulkan dibukanya sekolah-
sekolah gratis khusus bagi anak-anak yang tidak mampu. Dengan
demikian, diharapkan tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah.
Di samping itu, pemerintah juga mungkin perlu memberikan sanksi
bagi orangtua yang menyuruh-nyuruh anaknya yang berada dalam
usia sekolah untuk berkeliaran di jalanan. Sementara, sebagai
pelajar, ada banyak hal yang dapat kita lakukan mulai dari hal-hal
kecil. Misalnya, mengumpulkan buku-buku bacaan meski bekas
agar rekan-rekan kita di jalanan berkesempatan untuk menambah
wawasan melalui kegiatan membaca.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap diskusi tersebut? Sudahkah
Anda mencatat pokok-pokok permasalahan yang ada di dalamnya?
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang Anda catat tersebut,
Anda dapat membuat rangkuman dalam beberapa kalimat. Berikut
adalah beberapa contoh pokok pikiran yang ada dalam diskusi tersebut.
- Peningkatan jumlah anak putus sekolah disebabkan oleh
faktor ekonomi.
- Sebagian anak putus sekolah turun ke jalan dan menjadi
anak jalanan.
- Kehidupan anak jalanan sangat dekat dengan kriminalitas.
- Sebagian anak jalanan adalah korban dari kehendak semena-
mena orangtua.
- Sekolah gratis dapat menjadi salah satu solusi.
- Sebagai pelajar kita dapat berbagi pengetahuan dengan cara
menyumbangkan buku-buku layak baca kepada mereka.
Setelah mencatat pokok-pokok pikiran dalam diskusi tersebut,
Anda dapat membuat rangkuman diskusi dalam beberapa kalimat.
Contohnya sebagai berikut.
Salah satu penyebab bertambahnya jumlah anak putus
sekolah adalah faktor ekonomi. Hal ini membuat sebagian dari
mereka menjadi anak jalanan yang hidup berdekatan dengan
kriminalitas. Beberapa di antara mereka, turun ke jalanan karena
desakan orang tua mereka. Sebaiknya, pemerintah mendirikan
sekolah gratis untuk mereka. Sementara itu, sebagai pelajar, ada
banyak hal yang dapat kita lakukan. Salah satunya adalah dengan
cara menyumbangkan buku-buku agar mereka dapat menambah
pengetahuan melalui kegiatan membaca.
Sumber
:
www.jagoanhosting.com
Gambar 6.2
Kegiatan diskusi pada hakikatnya
adalah saling membagi informasi
dan tanggapan.
Kependudukan
129
1. Simaklah acara diskusi yang ditayangkan di televisi dengan
saksama.
2. Catatlah pokok-pokok permasalahan yang dikemukakan dalam
tayangan diskusi tersebut. Agar lebih mudah, Anda dapat meng-
gunakan tabel berikut.
3. Berdasarkan pokok-pokok yang telah Anda catat, buatlah
rangkuman hasil diskusi dalam beberapa kalimat.
4. Diskusikan hasil pekerjaan Anda dengan teman-teman.
5. Berikan tanggapan Anda terhadap hasil pekerjaan teman Anda.
Setelah mengetahui bagaimana langkah-langkah membuat rang-
kuman diskusi, kerjakanlah latihan berikut.
Keterangan
Acara Diskusi
Nama Acara
:
Statiun Televisi :
Waktu :
Tema :
Pokok-Pokok Diskusi
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 6.1
Menyimak Acara Diskusi di Televisi
Kegiatan
Lanjutan
1. Buatlah sebuah kelompok yang terdiri atas 7–8 orang.
2. Setiap kelompok memilih salah satu topik berikut.
a. Dampak kenaikan harga kebutuhan pokok bagi
masyarakat miskin.
b. Sikap malas masyarakat dan hubungannya dengan
ekonomi bangsa.
c. Wirausaha di kalangan pelajar.
3. Pilihlah satu anggota dari setiap kelompok untuk menjadi
moderator dan pembicara.
4. Setiap kelompok membuat materi yang akan dijadikan
bahan pembahasan diskusi.
5. Setiap kelompok secara bergiliran berdiskusi.
6. Saat salah satu kelompok berdiskusi, kelompok lain
menyimak diskusi tersebut dengan saksama. Tulislah
rangkuman diskusi dalam beberapa kalimat.
7. Kumpulkanlah hasil rangkuman tersebut. Jilid agar rapi.
Sumber
:
www.kabarejogja.com
1
Si
kl h
di k i
di
k
d
Uji
Materi
130
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
Info
Bahasa
Jarang orang berpikir bahwa menjadi seorang penulis di media
massa atau penulis buku adalah menerjuni dunia bisnis, yaitu
bisnis tulisan. Bisa dikatakan, meniti karier sebagai penulis
berarti meraih status sebagai pebisnis tulisan. Barang yang
ditransaksikan adalah tulisan. Penulis bertindak sebagai pemilik
usaha sekaligus manajer, bahkan salesnya. Ia memproduksi
tulisan lalu menjualnya ke media massa atau penerbit.
Sumber
: A.S.M. Romli
Panduan Menjadi Penulis
, 2002
Menyampaikan Hasil Penelitian
B
Dalam pembelajaran kali ini,
Anda akan berlatih menuliskan
pokok-pokok yang akan disampaikan secara berurutan dan menge-
mukakan ringkasan hasil penelitian. Kemudian, Anda akan berlatih
menjelaskan secara lisan mengenai proses penelitian dan hasil
penelitian dengan kalimat yang mudah dipahami.
Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi dan data yang
akurat tentang sesuatu yang Anda teliti.
Hasil penelitian dapat Anda sampaikan dalam bentuk lisan
ataupun tulisan. Hasil penelitian yang disampaikan secara lisan
biasanya disajikan sebagai penjelas atas proses penelitian dengan
kalimat sederhana. Kalimat tersebut harus mudah dipahami
termasuk kalimat-kalimat yang ada dalam hasil penelitian tertulis.
Hasil penelitian yang berbentuk tulisan ini biasa disebut laporan
hasil penelitian.
Untuk membuat sebuah laporan hasil penelitian, tentunya Anda
harus melakukan kegiatan penelitian terlebih dahulu. Adapun langkah-
langkah dan syarat-syarat sebuah penelitian adalah sebagai berikut.
1. Menentukan objek penelitian, misalnya tanaman jambu, hewan
ternak, lingkungan sekitar, karya sastra, dan sebagainya.
2. Menentukan sisi menarik dari objek penelitian, misalnya tentang
zat gizi yang terkandung dalam buah jambu, bisnis ternak yang
menggiurkan, ancaman pemanasan global, kritik sosial yang
terkandung dalam karya puisi, dan sebagainya.
3. Pengumpulan data.
4. Pengolahan data yang meliputi identifikasi serta analisis ter-
hadap data terkumpul dan mengambilan simpulan.
Berdasarkan uraian tersebut, syarat terpenting dalam sebuah
penelitian adalah data. Dari data yang telah dikumpulkan, Anda
dapat menemukan banyak hal yang dapat diteliti.
Sekarang, perhatikanlah contoh hasil penelitian berikut.
Sumber
:
Dokumentasi pribaadi
Kependudukan
131
Sinar Biru Ancam Mata Anak
Keterbatasan pengetahuan orangtua terhadap
bahaya sinar biru membuat anak-anak rentan
mengalami gangguan mata. Bagaimana tidak, aktivitas
sehari-hari sang buah hati sangat dekat dengan
sumber sinar biru, salah satunya dari layar televisi.
Bukan perkara sulit menemui seorang anak
yang tengah menonton tv. Aktivitas inilah yang paling
banyak dilakukan oleh anak-anak saat ini. Tidak aneh
jika kalangan pendidik sudah memberikan peringatan
terhadap pengaruh buruk terlalu banyak menonton tv
terhadap perkembangan seorang anak.
Sinar biru merupakan sinar yang masuk melalui
mata dengan sifat paling merusak dan dapat mencapai
retina. Bayi dilahirkan dengan lensa yang relatif jernih
atau bening. Secara bertahap dan alami berubah
menjadi kuning sejalan dengan pertambahan usia.
Risiko terbesar kerusakan akibat sinar biru, yaitu
sekitar 70%– 80% sinar biru dapat mencapai retina
pada usia 0–2 tahun dan 60%–70% pada usia 2 hingga
10 tahun. Adapun sinar biru yang mencapai retina pada
usia 60 hingga 90 tahun hanya mencapai 20%.
Perlindungan terhadap bahaya sinar biru harus
dilakukan sedini mungkin. Salah satunya adalah
dengan asupan lutein. Lutein dapat membantu
melindungi mata, terutama retina, dari kerusakan
dengan cara menyaring sinar biru dan juga berperan
sebagai antioksidan dengan cara menetralisasikan
radikal-radikal bebas. Bagian luar fotoreseptor di
dalam retina adalah bagian yang cenderung mudah
terkena peroksidasi karena tingginya asam lemak.
Bagian luar fotoresptor inilah yang tinggi
akan lutein. Lutein berperan sebagai antioksidan
dan memberi perlindungan pada mata. Tubuh
tidak dapat mensintesakan lutein. Oleh karena
itulah, kebutuhan lutein harus disuplai dari luar
tubuh. Salah satunya dari makanan seperti sayuran,
buah, suplemen, dan terutama ASI. Namun, bahan
makanan yang mengandung lutein biasanya tidak
disukai serta jarang dikonsumsi oleh bayi dan batita.
Hasil penelitian menunjukkan, hanya sekitar 10%
anak yang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan
setiap hari. Kecukupan lutein pada makanan dapat
membantu menjamin perkembangan mata yang
sehat pada bayi dan anak.
Sumber
:
www.seputar-indonesia.com
(dengan pengubahan)
Sumber
:
www.pikiran-rakyat.com
Bukan hanya itu, perkembangan kesehatan mata
anak pun ikut terancam. Pancaran sinar dari layar
televisi merupakan salah satu sumber sinar biru,
selain pancaran sinar matahari, lampu neon, dan layar
monitor komputer. Sinar dengan panjang gelombang
cahaya 400–500 nm pada spektrum sinar yang masih
dapat diterima mata dapat menyebabkan kerusakan
dan menimbulkan luka fotokimia pada retina mata
anak. Dalam jangka waktu pendek, dampak sinar biru
dapat mengganggu kerja retina sehingga menghambat
proses pembelajaran melalui mata.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapatkah Anda menyebutkan
pokok-pokok hasil penelitian yang ada dalam laporan tersebut?
Pokok-pokok hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Anak-anak rentan mengalami gangguan mata.
2. Sumber pancaran sinar biru adalah televisi, sinar matahari,
lampu neon, dan layar monitor komputer.
3. Sinar biru memiliki panjang gelombang cahaya 400–500 nm
pada spektrum sinar yang masih dapat diterima mata. Sinar
ini dapat menyebabkan kerusakan dan menimbulkan luka
fotokimia pada retina mata anak.
4. Perlindungan terhadap bahaya sinar biru harus dilakukan
sedini mungkin. Salah satunya adalah dengan asupan lutein.
5. Kebutuhan lutein harus disuplai dari luar tubuh. Salah
satunya dari makanan seperti sayuran, buah, suplemen, dan
terutama ASI.
132
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
Pokok-pokok hasil penelitian tersebut dapat Anda susun kembali
menjadi ringkasan hasil penelitian. Dapatkah Anda melisankan ring-
kasan hasil penelitian tersebut? Berikut ini adalah contoh ringkasan
hasil penelitian tersebut.
1. Carilah laporan hasil penelitian yang telah ditulis menjadi artikel
bertema pertanian dalam majalah-majalah pertanian. Pilih salah
satu yang akan Anda jadikan bahan berlatih.
2. Baca laporan hasil penelitian tersebut dengan saksama.
3. Tuliskanlah pokok-pokok laporan penelitian tersebut secara
berurutan. Kemudian, buatlah ringkasan hasil penelitiannya.
Anak-anak rentan mengalami gangguan mata. Salah satu
penyebab rusaknya mata adalah sinar biru. Sumber pancaran sinar
biru adalah televisi, sinar matahari, lampu neon, dan layar monitor
komputer. Sinar biru memiliki panjang gelombang cahaya 400–500
nm pada spektrum sinar yang masih dapat diterima mata. Sinar ini
dapat menyebabkan kerusakan dan menimbulkan luka fotokimia
pada retina mata anak.
Perlindungan terhadap bahaya sinar biru harus dilakukan
sedini mungkin. Salah satunya adalah dengan asupan lutein.
Kebutuhan lutein harus disuplai dari luar tubuh. Salah satunya dari
makanan seperti sayuran, buah, suplemen, dan terutama ASI.
Setelah menyimak dan menyebutkan pokok-pokok laporan hasil
penelitian tersebut dengan saksama serta meringkasnya, Anda dapat
mengerjakan latihan berikut.
Kegiatan
Lanjutan
1. Lakukanlah penelitian budaya masyarakat yang ada di
lingkungan sekitar Anda. Anda dapat mengemukakan ciri
khas yang ada di daerah Anda.
2. Tuliskanlah hasil penelitian tersebut.
3. Kemukakanlah pokok-pokok dan ringkasan hasil penelitian
Anda dalam diskusi bersama teman.
4. Jelaskan juga proses kegiatan penelitian yang Anda lakukan
dengan kalimat sederhana.
5. Anda dan teman-teman dapat saling memberikan tanggapan
terhadap setiap penelitian yang telah dilakukan.
Uji
Materi
Kependudukan
133
Membandingkan Hikayat
dengan Novel
C
Dalam pembelajaran sebelumnya, Anda telah berlatih menganalisis
unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai yang terangkum dalam sebuah
cerpen. Dalam pelajaran ini, Anda pun akan membaca dan menganalisis
unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik yang ada dalam novel Indonesia,
novel terjemahan, dan hikayat. Sebelumnya, Anda akan berlatih
untuk menemukan ciri-ciri hikayat dan novel. Kemudian, Anda akan
mengidentifikasi dan menjelaskan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang
ada di dalamnya. Setelah itu, Anda akan berlatih membandingkan unsur
intrinsik dan intrinsik novel dan hikayat tersebut.
Kegemaran membaca merupakan kegemaran yang sangat
mengasyikkan. Dengan membaca, Anda dapat menambah wawasan
keilmuan. Anda pun dapat membaca karya-karya sastra, misalnya
novel dan hikayat. Dari kedua jenis karya sastra tersebut, ada banyak
hal yang dapat Anda peroleh. Di antaranya ialah pesan moral, nilai-
nilai sosial budaya, nilai-nilai yang bersifat mendidik, dan kepuasan
serta kesan tersendiri.
Novel dan hikayat memiliki ciri masing-masing. Adapun ciri-
ciri novel, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Terdiri atas jumlah halaman yang cukup banyak.
2. Dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik.
3. Menyajikan permasalahan lebih terperinci jika dibandingkan
dengan cerpen.
Adapun ciri-ciri hikayat adalah sebagai berikut.
1. Isi ceritanya berkisar pada tokoh raja-raja dan keluarganya
(istana sentris).
2. Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sama
dengan logika umum, ada juga ynag menyebutnya fantastis.
3. Mempergunakan banyak kata arkais. Misalnya,
hatta
,
syahdan
,
sahibul hikayat
,
menurut empunya cerita
,
konon
, dan
tersebutlah
perkataan
.
4. Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan. Biasanya di
akhir kisah, tokoh utamanya berhasil menjadi raja atau orang yang
mulia.
Novel dan hikayat memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur-unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik, antara lain peristiwa, penokohan,
tema, dan latar. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar
karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi isi karya
secara keseluruhan. Misalnya, latar belakang kehidupan pengarang.
Setelah mengetahui ciri-ciri, unsur-unsur intrinsik, dan ekstrinsik
novel dan hikayat tersebut, dapatkah Anda mengemukakan ciri-ciri
dan unsur-unsur lainnya?
Sekarang, perhatikanlah penggalan novel remaja berikut ini.
Catatlah hal-hal penting yang ada di dalamnya.
Sumber
:
www.images.google.com
Gambar 6.3
Cerita hikayat dapat Anda
bandingkan dengan novel.
134
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
Cinta untuk Divan
Karya Tubagus R. Kahfi
Anak laki-laki baru saja selesai memasang
tenda. Malam makin mencekam. Langit masih kelam,
hujan tidak juga reda. Udara dingin masih meraja,
menusuk kulit, menyusup lewat pori-pori. Anak-
anak berkumpul di teras mushola. Sementara itu di
dapur umum, Mita, Cinta, Cicih, dan beberapa anak
perempuan lainnya sedang menyiapkan minuman
hangat. Wedang jahe, kopi susu, dan teh manis.
Iseng-iseng Divan menghampiri dapur umum,
sekadar ingin tahu apa yang sedang dibuat oleh Mita
dan kawan-kawan, tentunya juga ingin menengok Mita.
Divan mengintai dari balik sebuah pohon. Ia ingin
mengagetkan mereka yang sedang asik mengobrol.
Tanpa sengaja Divan mendengar pembicaraan
mereka.
"Aduh Mit, senang dong ya?" ujar Cicih sambil
meledek.
"Apa?"
"Di tempat dingin seperti ini ada api membara,
betul teman-teman?"
Anak-anak perempuan di situ tertawa geli
melihat wajah Mita memerah.
"Nih Mit, kopi susu buat pangeran impianmu.
Berikan padanya dengan penuh perasaan, biar dia
tahu kalau kamu sayang sama dia," ujar Cinta sambil
menyodorkan segelas kopi susu.
"Yang lainnya gimana? Nanti pada iri?" tanya
Mita ragu.
"Halah, mereka pasti ngerti, Mit. Lagipula kita
bawa minuman ini sama-sama." Cicih meyakinkan.
"Ya sudah..."
Divan segera berlari menuju mushola. Ia
khawatir keberadaannya terlanjur diketahui. Hatinya
disinggahi rasa bahagia. Beberapa saat lagi ia akan
mereguk segelas kopi susu yang dibawakan oleh
Mita hanya untuknya.
"Van, dari mana sih?" tanya Sinta.
"Teman-teman, sebentar lagi akan datang
minuman hangat lho! Asik!"
Tak lama Mita dan teman-temannya datang.
Masing-masing membawa baki berisi beberapa gelas
minuman. Sementara itu, Mita hanya membawa
segelas minuman kopi susu. Melihat itu Divan
segera pasang aksi sok cuek, sok pura-pura tidak
tahu. Ia menunggu Mita datang menghampiri. Tak
lama kemudian ia melihat di arah kanannya Mita
memberikan segelas kopi susu itu pada Yudi. Aksi
Mita disambut meriah oleh beberapa anak-anak. Yudi
bingung pada sikap Mita. Tapi ia tidak ambil pusing, ia
menganggap ini hanya sebuah lelucon agar suasana
menjadi hangat. Ia pun menerima segelas kopi susu
yang dibawa oleh Mita. Sementara itu Sinta dan Vio
tidak bisa ikut menikmati keceriaan itu. Mereka
saling memberi isyarat, ini tentang kekhawatiran
mereka terhadap Divan.
Maka berkobarlah api cemburu di dada Divan.
Di matanya ada badai. Topan lalu-lalang dalam
benaknya. Ada ngilu di ulu hatinya. Tulang-tulangnya
terasa sakit. Tapi Divan hanya diam, menunggu badai
usai sambil menikmati segelas wedang jahe yang
dibawakan oleh Cinta, bukan segelas kopi susu dari
tangan Mita.
"Van, kamu baik-baik saja?" tanya Vio sambil
merapatkan diri pada Divan.
Divan terus menghembuskan asap dari
sebatang Djarum Coklat yang terselip di jarinya. Ia
menatap Vio lalu mengangguk.
"Jelek amat!" ujar Vio sambil memonyongkan
mulutnya.
"Apa?" Divan heran.
Vio segera menyambar rokok yang ada di
tangan Divan lalu membuangnya ke genangan. Divan
terkejut.
"Apa-apaan sih Vi?"
"Sudah, jangan merusak diri sendiri. Aku tahu
kok kamu ini bukan perokok."
"Terus?"
"Ya jangan mentang-mentang lagi patah hati,
terus kamu berubah jadi seorang perokok gitu!"
Divan terkekeh.
"Apa? Patah hati? Kamu ngomong apa sih Vi?
Ada-ada saja."
"Aku bicara tentang kamu dan Mita."
"Hah? Mita? Memangnya dia kenapa?"
Vio jadi bingung. Dia pikir Divan tahu apa yang
sebenarnya terjadi antara dia, Mita, dan Yudi.
"Lho? Kamu belum tahu, Van? Atau pura-pura
tidak tahu?"
Divan menggeleng.
"Tuh, lihat di dekat tenda anak perempuan,"
ujar Vio sambil menunjuk ke arah tenda anak-anak
perempuan.
Di sana Divan melihat beberapa anak
perempuan termasuk Mita, sedang menyanyi diiringi
oleh gitar yang dipetik oleh Yudi.
"Memang kenapa? Mereka sedang bernyanyi
bersama, memangnya salah?"
"Bukan itu Van, bukan!"
"Terus, apa?"
"Mita."
"Ya, ada apa dengan Mita?"
"Dia itu...."
"Kenapa, Vi?"
Kependudukan
135
"Dia itu...sebetulnya jatuh cinta sama Yudi!"
Divan mematung. Ia masih tidak percaya dan
tidak ingin percaya pada apa yang dikatakan Vio. Ia
meyakinkan diri bahwa Vio asal bicara dan hanya
mengarang-ngarang cerita. Tapi, sebetulnya apa yang
dikatakan oleh Vio sejalan dengan firasatnya selama
ini. Firasat yang selalu berusaha disingkirkan dari
benaknya. Tetapi, makin lama firasat tidak enak itu
kembali datang, bahkan makin kuat.
"Mita mendekati kamu sebenarnya cuma ingin
dekat dengan Yudi, Van."
Divan terdiam. Matanya tertuju pada sosok
Mita dan Yudi yang sedang tertawa-tawa bersama.
"Benarkah?" tanyanya dalam hati.
"Malah Van, kata temen gengnya Mita, besok
mereka bakal jadian! Anak-anak sudah pada tahu
kok."
Divan tersentak, "Apa?"
Vio mengangguk.
"Terus katanya sih....."
Pembicaraan Vio terpotong oleh kedatangan
Sinta.
"Vio! Eh...eu... itu Vi...nasi liwetnya gosong
deh kayaknya."
lebih terang dan lebih banyak. Mungkin di daerah
seperti ini memang tidak ada polusi cahaya yang
membuat bintang seringkali terlihat samar.
Sinta menatap Divan.
"Van, eu...Vio benar. Mita memang suka
sama Yudi. Kamu hanya dijadikan sebagai batu
loncatan agar dia bisa kenal Yudi lebih dekat."
Divan terdiam. Entah harus bicara apa.
"Lupakan Mita ya, Van?"
Divan mengerutkan dahinya. Tapi, ia masih
saja tidak mau bersuara. Divan yakin jika sepatah
kata saja ia bicara maka air mata akan mudah
tumpah dari sudut matanya. Kali ini Divan
tidak ingin menangis, apalagi di depan Sinta.
Memalukan.
Ya, untuk urusan cinta seperti ini Divan juga
bisa menangis. Hanya saja Divan selalu berusaha
untuk ingat judul lagunya The Cure, Boys Don’t
Cry. Dilarang menangis, apalagi cuma gara-gara
urusan cinta.
Divan mengeluarkan sebatang rokok A Mild
dan korek api dari saku bajunya.
"Van? Dapat dari mana?"
"O, ini dari Andry. Kenapa? Mau?"
"Ih, sembarangan! Lagipula sejak kapan sih
kamu jadi perokok?"
Divan terdiam. Ia tidak menghiraukan
pertanyaan Sinta. Rokok itu lalu disulutnya. Maka
mengepullah asap dari mulut dan hidungnya.
"Sudah aku duga sebelumnya, Ta."
"Maksud kamu?"
"Ya, aku sudah punya firasat."
"Kalo begitu, kenapa kamu tidak segera
mengubur perasaan kamu buat Mita?"
"Ya tidak segampang itu Ta. Begini, seperti
canta kamu ke Ronal, kamu tahu, kan kalau dia
sudah jadi kekasihnya Agri? Nah, tapi kamu tetap
mengharapkan Ronal jadi pangeran yang terbang
dengan kuda pegasus terus datang menjemput
kamu. Gitu kan, Ta? Aku juga sama, Ta."
Sinta terdiam. Ia hanya mengangguk.
"Ta, Aku lelah. Sepertinya aku memang
ditakdirkan untuk sendiri. Sekeras apapun usaha
aku untuk punya pacar, sepertinya sia-sia. Selalu
saja ada kendala, Ta."
Sinta menangkap kegelisahan di mata
sahabatnya.
"Bayangkan, Ta. Selama hampir setahun ini
aku seperti mendapat kutukan, Ta. Sepertinya
semua cinta yang ingin kupersembahkan untuk
orang yang aku pilih, layu sebelum sempat
menyentuh hati orang itu, Ta. Ini sudah ketiga
kalinya, Ta!" Divan meletup-letup meluapkan
emosinya.
Selama beberapa saat, Vio dan Sinta ber-
pandangan. Sinta memberi isyarat untuk Vio yang
artinya agar Vio pergi dari situ. Tak lama kemudian
Vio pergi meninggalkan Sinta dan Divan.
"Van, sabar saja, ya," ujar Vio sambil berlalu dan
menepuk bahu Divan.
Sinta mendekat ke arah Divan. Ia duduk di
sampingnya. Ia menawarkan segelas kopi susu jahe
yang baru saja dibuatnya. Gelas itu segera disambar
Divan. Setelah menghirup aroma minuman hangat
itu, Divan menempelkan dinding gelas ke perutnya.
Divan memang punya kebiasaan jelek, perutnya akan
terasa sakit jika terkena angin dingin.
Selama beberapa menit mereka terpaku sambil
menatap gemerlap bintang di langit. Di hutan yang
gelap gulita seperti ini bintang memang terlihat
136
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
"Aku muak, Ta. Sangat muak! Apa sih gunanya
hidup? Toh cepat atau lambat aku hanya akan
mendapat hadiah berupa kematian."
"Kamu ini ngomong apa sih? Kamu tidak perlu
bicara seperti itu. Memangnya tidak ada hal lain
yang dapat kamu kerjakan di dunia ini. Menyebalkan,
kamu lembek , Van."
"Kamu tidak mengerti. Ta. Lihat orang-orang
di sekeliling kita, Ta. Sepertinya mereka gampang
menemukan cinta. Sepertinya hidup mereka benar-
benar indah. Sementara aku? Sepertinya aku...AH!"
Divan menghempas rokoknya.
Sinta segera menyodorkan kopi susu jahe pada
Divan.
"Nih, minum Van. Sudahlah! Kamu seperti anak
kecil saja. Terlalu emosional!"
Emosi Divan pun mereda.
"Maaf Ta, aduh, aku kok jadi seperti orang yang
kerasukan ya?"
Divan tersenyum pada Sinta. Mereka saling
bertatapan cukup lama.
"Ya sudah, pokoknya mulai nanti saat kita
kembali ke Bandung, kamu berburu lagi ya, De...."
Sinta terkekeh.
"Ya ya ya, kamu juga dong. Masa terus
,menunggu si pangeran buruk rupa itu."
Sinta melotot. Ia lalu memiting leher Divan
dan mencubiti pipinya.
"Dasar! Bilang apa tadi? Ayo bilang sekali lagi!"
"Adudududuh...ampun Ta, AW! Iya, iya, tadi
aku bilang pangeran tampan."
Sinta melepaskan Divan.
"Nah, gitu dong!"
"Tapi berjerawat!" ledek Divan sambil berlari
ke arah mushola.
"Heh! Dasar sableng! Sembarangan! Dia lelaki
paling tampan yang pernah ada di dunia!"
"Ya, ya, di dunia gaib!" teriak Divan dari
kejauhan.
"ARRRRGGHH! Awas kamu Van! Kamu mau
ke mana, Van?"
"Mau sholat Isya dulu!"
"Ya sudah, hati-hati kecebur ke kolam! Nanti
kamu tambah buruk rupa lagi!"
Tak ada jawaban. Suasana hening. Hanya suara
jangkrik dan suara berdesis seperti suara desis ular
gurun.
Dalam kutipan novel ini, terdapat unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Adapun unsur intrinsiknya adalah sebagai berikut.
1. Peristiwa
Dalam penggalan novel tersebut diceritakan kekecewaan Divan
yang tidak pernah berhasil mendapatkan cinta. Bahkan, orang
yang dicintainya ternyata jatuh cinta pada Yudi, sahabatnya. Divan
mengalami kekecewaan dan merasakan kecemburuan. Ia pun tiba-
tiba berubah menjadi seorang perokok.
2. Penokohan
Dari penggalan novel tersebut, ditemukan beberapa tokoh yang
membangun cerita. Tokoh utama dalam novel tersebut adalah Divan
sebab pengarang sering memunculkan Divan dan menampilkan
kemelut batin Divan. Di samping itu, ada juga tokoh Yudi dan Mita
yang menjadi pokok permasalahan bagi Divan.
Dapatkah Anda mengemukakan tokoh-tokoh lainnya dalam
penggalan novel di atas?
3. Tema
Tema dalam penggalan novel tersebut adalah mengenai warna-
warni percintaan remaja yang ditunjukkan oleh keberadaan tokoh-
tokohnya yang bertemu dalam sebuah konflik tentang cinta.
4. Latar
Latar tempat yang digunakan adalah di sebuah tempat
perkemahan. Adapun latar waktunya adalah malam hari. Hal tersebut
dapat dibaca dalam paragraf pertama, yaitu:
Kependudukan
137
Anak laki-laki baru saja selesai memasang tenda. Malam makin
mencekam. Langit masih kelam, hujan tidak juga reda. Udara dingin masih
meraja, menusuk kulit, menyusup lewat pori-pori. Anak-anak berkumpul
di teras mushola. Sementara itu di dapur umum, Mita, Cinta, Cicih, dan
beberapa anak perempuan lainnya sedang menyiapkan minuman hangat:
wedang jahe, kopi susu, dan teh manis.
Pondok yang terletak di batas perkampungan
itu menarik perhatian orang-orang. Dinding-
dindingnya segera menjadi sasaran berlusin-lusin
mata yang mencurigai. Desas-desus yang beraneka
warna dan yang mengkhawatirkan berdengungan di
atasnya. Orang-orang mencoba mengetahui suatu
rahasia yang tersembunyi di balik dinding-dinding
rumah di atas tanggul itu. Di malam hari, mereka
mengintip-intip jendela dan kadang bahkan sampai
terantuk kaca jendela, dan segera melarikan diri
ketakutan.
Pada suatu hari, Pelagia dihentikan di jalanan
oleh seorang pemilik warung bernama Beguntsov,
seorang lelaki tua yang tampak rapi dan selalu
berompi kain plush jambu tebal dan selembar sapu
tangan hitam terbuat dari sutera melingkari tengkuk
merahnya yang gembur itu. Hidungnya yang bangir
dan berkilau-kilau ditunggangi rangka kacamata yang
terbuat dari kulit penyu. Itulah sebabnya ia dijuluki si
mata tulang.
Tanpa bernapas ataupun menunggu jawaban,
lelaki tua itu menuangkan suguyuran kata-kata yang
kering dan berdetakkan ke atas kepala ibunda.
"Bagaimana, Pelagia Nilovna? Dan anakmu? Apa
kabar? Dia tak ada maksud hendak menikah, bukan?
Sedang-sedangnya kembang, kata orang. Sebenarnya
lebih cepat si anak menikah lebih baik buat orangtua.
Setiap lelaki dapat memiliki tubuh dan batin kuat
jika hidup dalam keluarga sebagaimana jamur dalam
cuka. Kalau dia anakku, tentu aku nikahkan dia buru-
buru. Di masa seperti sekarang ini, kita harus punya
mata jeli untuk mengawasi anak-anak kita, bagaimana
tingkah laku mereka. Begitu banyak sekarang orang
yang hendak hidup menurut semau perutnya sendiri.
Mereka berpikir dan berangan-angan tentang kebe-
basan—bebas berbuat sekehendak hatinya. Dan
mereka sangka perbuatannya itu lebih berharga dari-
pada yang biasa. Cobalah, anak-anak muda itu sekarang
tak pergi lagi ke gereja Tuhan dan menjauhkan diri dari
tempat-tempat umum. Berkerumun di pojok-pojok
yang gelap dan kelesak-kelesik, berbisik-bisik rahasia.
Untuk apa mereka berbisik-bisik begitu kalau aku
boleh bertanya? Buat apa mereka menjauhi orang?
Apa sebabnya orang takut mengatakan sesuatu di
depan orang banyak—di warung minuman misalnya?
Rahasia! Satu-satunya tempat untuk memercayakan
rahasia hanya gereja-gereja kita yang kudus! Rahasia-
rahasia lain yang dibisikkan di tempat-tempat sepi itu
datang dari pikiran yang kacau. Semoga sehat-sehat
saja kau, Pelagia Nilovna!"
Dengan sopannya ia angkat topinya, melam-
baikan ke udara dan pergi, meninggalkan Ibunda
dalam keadaan terheran-heran.
Ibunda
Karya Maxim Gorki
1. Bacalah kutipan novel terjemahan dan hikayat berikut.
Novel Terjemahan
1
B
lhk i
lj
h
d
hik
Uji
Materi
Unsur ektrinsik yang hadir dalam penggalan novel tersebut
adalah tentang latar belakang kehidupan pengarang yang tidak jauh
dari dunia remaja. Hal ini menandakan banyak kemungkinan, salah
satunya adalah pengarang yang pernah merasakan juga bagaimana
warna-warni percintaan di kalangan remaja. Dalam novel tersebut
pun pengarang hendak menyampaikan bahwa dalam menghadapi
suatu kesulitan atau masalah, kita tidak boleh lembek. Kita harus
bisa menghadapinya dengan berani dan berlapang dada.
Setelah mempelajari ciri-ciri dan unsur-unsur yang ada dalam
novel tersebut, kerjakanlah latihan berikut.
138
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
Di waktu lain lagi, tetangga Vlassov, Maria
Korsunova, seorang janda pandai besi yang mendapat
penghasilannya kini dari menjajakan penganan di
gerbang-gerbang pabrik, bertemu dengan Ibunda
di pasar dan juga berkata, "Awasilah anakmu itu,
Pelagia!"
"Apa maksudmu? Aku tak mengerti" kata
Ibunda.
"Cobalah, Nilovna. Kerusuhan-kerusuhan
sudah berjangkit sekarang," kata Maria berrahasia-
rahasia, "orang-orang jahat, Ibu, seakan-akan mereka
sedang membentuk organisasi gelap, seperti kaum
chlisti itu. Suatu mazhab, mereka menamakan itu. Ya,
mereka hendak siksa-menyiksa diri masing-masing–
ya, seperti kaum chlisti itu...."
"Cukuplah omong kosong itu, Maria!"
"Cukup? Di mana ada asap, tentu saja di situ
ada api," penjaja itu memperingatkan.
Ibunda melaporkan percakapan-percakapan
itu kepada anaknya, tapi Pavel hanya mengangkat
pundak, sedangkan si Chochol tertawa dengan
caranya yang dalam dan lembut itu.
"Gadis-gadis itu pun menjadi marah juga," kata
Ibunda, "orang baik-baik semacam kalian ini, yang
cukup santun terhadap setiap gadis, rajin bekerja,
bukan pemabuk, adalah idaman mereka. Tapi, kalian
tak menaruh perhatian kepada mereka. Akhirnya,
mereka bilang, gadis-gadis yang datang kemari dari
kota itu belum lagi dapat dipercaya kelakuannya....
"Oh, tentu saja!" Pavel menerangkan dengan
mengerutkan kening karena muak. "Di rawa-
rawa, semuanya berbau busuk," kata si Chochol
mengeluh, "alangkah baiknya kalau Ibu terangkan
kepada orang-orang goblok itu, apa sesungguhnya
arti perkawinan, Nenko. Nanti pastilah mereka
tidak akan terburu-buru menginginkan pukulan dari
suaminya masing-masing."
"Ah!" keluh Ibunda, "Mereka sudah cukup
melihat, cukup maklum, apa lagi yang tak mereka
ketahui.
"Kalau mereka benar-benar maklum, tentu
mengerti," Pavel berkata.
Ibunda menatap wajahnya tajam-tajam.
"Dan kenapa tak kau ajari mereka? Undang
lebih banyak orang lagi untuk datang ke sini!"
"Tidak mungkin," kata anaknya dingin.
"Bagaimana kalau kita coba?" si Chochol
mengusulkan.
Pavel terdiam sebelum menjawab. "Kalau begitu
halnya, kawan-kawan kita itu segera akan berkasih-
kasihan dengan mereka, lenyap dalam perkawinan, dan
itu berarti tamatnya perjuangan ini."
Ibunda menjadi terdiam dan berpikir. Ketegasan
Pavel yang kependeta-pendetaan itu membingungkan
hatinya. Ibunda mengetahui benar, mereka itu suka
kepada anaknya karena ketegasannya ini juga dan tak
ada seorang mencintai dia.
Pada suatu malam, waktu ia telah pergi tidur
dan anaknya dengan si Chochol masih tinggal mem-
baca, suara percakapan mereka yang dipelankan itu
terdengar oleh lbunda, menerobos tabir kamar yang
tipis.
"Aku cinta kepada Natasja," si Chochol tiba-
tiba menerangkan.
"Itu aku tahu," Pavel menjawab sejurus
kemudian.
Terdengar oleh Ibunda, si Chochol bangkit berdiri
perlahan-lahan dan mulai mondar-mandir dengan kaki
telanjang. Ia pun mulai bersiul perlahan-lahan dan
putus asa. Sekali lagi, ia berkata, "Apa dia tahu?"
Pavel tak menjawab.
"Dan apa pendapatmu?" si Chochol bertanya
dengan suara dipelankan.
"Dia tahu," jawab Pavel. "Itulah pula sebabnya
dia tak datang lagi ke sini."
Si Chochol dengan beratnya mengangkat kaki
di Eftas lantai itu dan sekali lagi siulannya yang lunak
menerobos masuk ke dalam kamar Ibunda.
"Bagaimana kalau kuceritakan terus terang ke
Dada Natasja?" la bertanya.
"Ceritakan apa?"
"Cerita kepada dia bahwa aku...," si Chochol
memulai dengan amat perlahan.
"Tapi kenapa mau kau katakan?" Pavel
menyela.
Ibunda dengar si Chochol berhenti mondar-
mandir dan ia merasa bahwa orang itu sedang
tersenyum.
"Aku kira, kalau orang mencintai seorang gadis,
haruslah ia mengatakan kepada gadis itu atau kalau
ingin tak ada terjadi sesuatu dari itu, ya, berdiam-
diam sajalah."
Pavel mengatupkan bukunya.
"Apa yang kau maksudkan dengan sesuatu dari
itu?" ia bertanya.
Kedua-duanya terdiam. Agak lama.
"Ya?" tanya si Chochol.
"Kau harus sadari benar-benar, apa yang sebenar-
nya kau kehendaki, Andrei?" kata Pavel lambat-
lambat, "sekiranya dia mencintaimu-sebenarnya, aku
bimbang, tapi ini hanya sekiranya saja, bukan?– dan
kau kawin dengan dia, pasangan yang indah sekali!
Memang, ia seorang terpelajar, kau seorang buruh.
Anak-anak kalian akan lahir dan hanya kau sendirilah
yang mesti menunjang kehidupan mereka itu–bukan
main banyaknya pekerjaan yang mesti kau kerjakan
buat semua itu! Hidup ini akhirnya tak lain dari suatu
beban berat bagimu. Hidup demi sepotong roti, demi
anak-anakmu, demi uang sewa rumah. Dan kau akan
tenggelam dalam semua omong kosong itu. Ya, kau
berdua tenggelam habis."
Kamar menjadi senyap sekarang. Kemudian,
Pavel berbicara lagi dan nadanya terdengar tak
selangsung seperti tadi.
"Akan lebih baik kiranya jika kau sudi mem-
batalkan niatmu itu, Andrei. Jangan kau sengsarakan
dia."
Kependudukan
139
Diam. Bandul jam jelas berdetikan.
"Separo hatiku sebenarnya memang mencintai
dia dan separo lain membenci. Apakah ini yang
namanya hati, sebenarnya?" si Chochol berkata.
Halaman-halaman buku berdesahan dibuka
Pavel mungkin meneruskan bacaannya. Ibunda
berbaring dengan mata tertutup, takut bernapas. Ia
kasihan kepada si Chochol dengan seluruh hatinya,
tetapi ia kasihan kepada anaknya sendiri juga.
Kasihan dia, pikirnya.
"Jadi, menurut pendapatmu, aku tak perlu
berkata apa-apa kepada dia?" tiba-tiba si Chochol
meledakkan isi hatinya.
"Itulah sebenarnya yang paling jujur untuk
dikerjakan," kata Pavel dengan tenangnya.
"Jadi, itulah yang mesti kita perbuat," kata
si Chochol. Beberapa detik kemudian, ia menam-
bahkan dengan suara lambat dan sedih, "Berat
bagimu, Pavel, jika kau alami sendiri apa yang aku
alami sekarang ini pun sudah cukup berat."
Angin menggaruki dinding rumah. Bandul jam
tetap dengan tepatnya menandai adanya waktu.
"Ini bukan lelucon, ini...," kata si Chochol
lambat.
Ibunda membenamkan wajahnya dalam bantal
dan menangis tanpa bersuara.
Di waktu pagi tampaknya pada Ibunda seakan
tubuh Andrei agak menciut dan Ibunda lebih mencintai
dia. Anaknya sendiri masih tetap tegak dan kurus serta
pendiam seperti biasanya. Dulu, ia selalu memanggil
si Chochol dengan panggilan Andrei Onisimovitsj,
tetapi sekarang tanpa memperhatikan ini, ia berkata,
"Andriusja, lebih baik kau perbaiki sepatu larsmu biar
kau tidak masuk angin."
"Aku mau beli baru nanti habis gajian," ia
menjawab sambil tertawa. Kemudian, ia lemparkan
lengannya yang panjang itu hingga mendarat pada
bahu lbunda dan berkata, "Barangkali Ibu ini ibuku
yang sesungguhnya! Hanya Ibulah yang melarang
aku mengenakan lars tua itu karena teramat buruk
dipandang orang, bukan?"
Ibunda menepuk tangannya tanpa menjawab.
Ingin ia mengatakan banyak-banyak kepada si Chochol
kata-kata yang berisi kasih sayang, tetapi hatinya begitu
diliputi oleh perasaan kasihan kepada dia sehingga
kata-kata itu tak mampu meninggalkan bibirnya.
Sumber
:
Novel Ibunda
, 2000
Hikayat
Hikayat Panji Semirang
Selang beberapa hari Galuh Ajeng mendapat kabar,
bahwa Galuh Cendera Kirana sudah bertunangan
dengan Raden Inu itu. Galuh Ajengpun semakin hari
semakin bertambah-tambah sakit hatinya kepada
Galuh Cendera Kirana itu, tambahan pula Sang Ratu
menaruh kasih dan sayang pada Cendera Kirana itu.
Pada masa itu Galuh Ajengpun menangislah,
hingga matanya balut dan sembab, karena pada pikirnya:
"Mengapakah kakak Cendera Kirana dipinang dan aku
tiada? Dan bukankah aku ini anak Sang Nata juga?"
Galuh Ajengpun tiada berhenti daripada
berpikir yang demikian itu, serta menangis dengan
tangis yang amat sangat setiap pagi dan petang.
Paduka Liku melihat hal anaknya, Galuh Ajeng
itu, matanya balut bekas menangis, sakitlah hatinya
teramat sangat, lalu menghadap ke bawah duli Sang
Nata. Paduka Liku itu lalu duduk berderet dengan
Mahadewi di hadapan Sang Nata itu.
Pada masa itu, Galuh Cendera Kirana duduk
jauh, tanda menghormati pada ibunya. Baginda Sang
Ratu, melihat tingkah laku paduka ananda sangat
hormat dan ta’lim itu, bertambah-tambahlah belas
kasihan hatinya, sebab dilihatnya, bahwa puteranya
itu meng-tahui akan derajat dirinya dan lemah
lembut segala barang lakunya.
Baginda Sang Nata memanggil Cendera Kirana,
diajaknya santap. Iapun datanglah, dengan ta’limnya
serta menyembah, lalu santap bersama-sama dengan
Sang Nata dan Mahadewi itu. Pada masa itu Paduka
Liku dan Galuh Ajeng itu sakit hati teramat sangat dan
timbullah kedengkian di dalam hatinya, karena melihat
Cendera Kirana santap itu. Sungguh masing-masing
santap, tetapi hati Paduka Liku dan Galuh Ajeng tiada
terlepas daripada kedengkian itu.
Setelah sudah santap, lalu kembalilah dan
masing-masing diiringkan oleh dayang-dayangnya.
Setelah masing-masing sudah tiba ke dalam istananya,
Paduka Liku tiada juga hilang sakit hatinya dan tiada
mengetahui apa, yang akan dibuatnya. Pada ketika
itu, lalu ia membuat tapai dan dibubuhinya racun, lalu
ditaruhnya di dalam bokor emas. Setelah sudah, lalu
disuruh persembahkan oleh dayang-dayangnya pada
permaisuri. Dayang-dayang itu pergilah membawa
persembahan, yang ditaruh di dalam bokor yang ama
mejelis dan permai itu, sehingga tiada tersangka, bahwa
telah bercampur dengan racun.
Dayang-dayang itupun berjalan menuju ke istana
permaisuri. Setelah sampai, lalu dipersembahkannya
persembahan itu dengan manis mukanya, seraya
berdatang sembah, katanya:
140
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
"Inilah persembahan Paduka Liku yang tiada
dengan sepertinya, yang diiringkan dengan sembah
sujud, disuruh Paduka Liku persembahkan ke bawah
duli tuanku."
Permaisuri lalu menyambut itu, sambil meman-
dang muka dayang-dayang yang amat manis itu, serta
disuruhnya dayang-dayangnya menyalin bokor itu. Lalu
disalin dayang-dayanglah bokor itu. Setelah itu, lalu
kembalilah dayang-dayang itu dan dipersembahkannya
apa-apa, yang telah diperbuatnya itu.
Paduka Liku bersuka hati teramat sangat dan
berpikir di dalam hatinya: "Pada hari inilah permaisuri
itu akan mati dan akulah, yang akan menggantikannya
menjadi permaisuri. Jikalau Cendera Kirana yang
memakan itu, niscaya iapun akan mati juga dan
anakku, Galuh Ajeng akan aku jadikan tunangan
Raden Inu Kartapati, supaya kerajaan negeri Daha
dan Kuripan didudukinya semua, karena patutlah ia
menggantikan."
Setelah sudah ia berpikir yang demikian itu,
lalu disuruhnya dayang-dayangnya menutup pintu.
Dayang-dayang itu lalu lari menyembunyikan dirinya,
hanya tinggal Galuh Ajeng dan Paduka Liku saja di
dalam puri itu dan rupanya tiada lain, yang dipikir-
kannya, hanya: "Jikalau permaisuri memakan tapai
itu, tak dapat tiada pada hari itu juga ia akan mati."
Pada masa itu Paduka Liku lalu memanggil
saudaranya, yang bernama Menteri. Menteri itu
datanglah menghadap saudaranya itu. Kata Paduka
Liku:
"Hai, Saudaraku, Menteri, tolong apalah kiranya
caharikan daku seorang tukang tenung, yang pandai
membuat guna-guna dan yang tahu melembutkan
hati orang, supaya yangan aku dimurkai oleh Sang
Ratu dan supaya Sang Nata suka menurut kepada
barang apa kata-kataku dan supaya ia kasih dan
sayang akan daku lebih daripada yang lain-lain dan
supaya Sang Ratu suka menurut pengajaranku dan
boleh lebih cinta akan daku."
Setelah itu, Menteripun diberinya beberapa dinar
dan harta benda. Setelah menerima itu, berangkatlah
ia dengan segera, hendak mencahari tukang tenung
itu, lalu berjalan masuk hutan, keluar hutan, masuk
rimba, keluar rimba, serta melalui beberapa bukit dan
padang. Dimana ada ajar atau tukang tenung yang
sakti lalu disinggahinya. Siang malam tiada berhenti
daripada berjalan dengan seorang dirinya. Berkawan
tiada berani, karena takut, nanti terbuka rahasianya.
Dari sebab hendak menolong dan kasih sayang pada
saudaranya, lupalah ia akan takut, melainkan berjalan
dengan seorang dirinya dan tidur di dalam hutan
dibawah pohon yang besar-besar, serta menanggung
kesengsaraan yang amat sangat. Setelah pagi-pagi,
apabila matahari terbit, bangunlah ia, lalu berjalan
pula. Demikianlah kelakuannya Menteri itu. Jika belum
dapat, belumlah ia hendak berhenti.
Setelah berapa lamanya ia berjalan itu, maka
terpandanglah olehnya sebuah gunung. Dengan
sukacita yang amat sangat dihampiri dan didakinyalah
gunung itu hingga sampai ke puncaknya, di situlah
kiranya dipertemukan Dewata yang mahamulia
akan hajatnya. Dilihatnya ada seorang pertapa yang
amat sakti rupanya. Ajar itu sudah bertapa beberapa
lamanya di atas gunung itu dengan tiada makan dan
tiada minum. Matanya sudah kabur, tiada melihat lagi
dan ialah yang dimalui oleh berahmana dan ajar-ajar.
Setelah Menteri itu melihat orang pertapa itu,
iapun bersukacita teramat sangat, lalu sujud serta
menyembah hingga tujuh kali dan diterangkannya
maksudnya, katanya:
"Hamba ini dititahkan oleh saudara hamba
perempuan akan meminta suatu pertolongan pada
tuan hamba."
Pertapa itupun membukakan matanya, lalu ber-
kata: "Hai, Menteri, baiklah nanti kutolong padamu,
supaya segala menteri dan hulubalang dan ratu-
ratu
boleh mengasihi padanya dan sekarang telah
disampaikan hajatnya dan telah dikabulkan oleh
Dewata yang mahamulia akan permintaannya."
Pertapa itupun lalu membuang sepah sirihnya
dan lalu menyuruh memungut itu kepada Menteri
sambil berkata:
"Sepah sirih itu kaubungkus dengan kain
putih atau dengan sapu tangan atau dengan barang
sekehendak hatimu."
Menteri itu lalu memungut dan membungkus
sepah sirih itu dengan sapu tangannya. Setelah
sujud dan menyembah pertapa itu, lalu ia berjalan
kembalilah menuju keistana Paduka Liku itu dengan
tangkas lakunya, serta berjalan dengan tiada ber-
henti, karena teramat bersukacita.
Tiada berapa lamanya sampailah ia ke istana itu,
lalu masuk dengan diam-diam hendak mendapatkan
Paduka Liku itu. Setelah berjumpa, lalu diberikannya
sepah sirih itu dan dikatakannya segala pesan pertapa
itu.
Sumber
:
Bunga Rampai Melayu Kuno
, 1952
(dengan penyesuaian ejaan)
Kependudukan
141
2. Analisislah unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya seperti
analisis terhadap novel
Cinta untuk Divan
.
3. Bandingkanlah ketiga karya sastra tersebut dengan menggunakan
tabel perbandingan berikut.
1. Kegiatan diskusi dapat dilakukan dengan mencatat dan merangkum
isi diskusi.
2. Hasil penelitian disampaikan dengan menuliskan pokok-pokok
dan menjelaskan proses penelitian secara runtut
3. Ciri-ciri novel di antaranya sebagai berikut.
a. Terdiri atas jumlah halaman yang cukup banyak.
b. Dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik.
c. Menyajikan permasalahan lebih terperinci jika dibanding-
kan dengan cerpen.
4. Ciri-ciri hikayat adalah sebagai berikut.
a. Isi ceritanya berkisar pada tokoh raja-raja dan keluarganya
(istana sentris).
b. Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak
sama dengan logika umum, ada juga yang menyebutnya
fantastis.
c. Mempergunakan banyak kata arkais. Misalnya,
hatta
,
syahdan
,
sahibul hikayat
,
menurut empunya cerita
,
konon
,
dan
tersebutlah perkataan
.
Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik
Hikayat Panji Semirang
Novel
Ibunda
a. Peristiwa
b. Penokohan
c. Tema
d. Latar
Tabel 6.2
Perbandingan Novel Indonesia dan Terjemahan
Kegiatan
Lanjutan
1. Kumpulkanlah hasil pekerjaan Anda dan teman-teman
dalam latihan materi.
2. Jilidlah kumpulan tulisan tersebut dengan rapi.
3. Serahkanlah pada perpustakaan sekolah Anda agar ber-
manfaat bagi adik-adik kelas Anda.
Sumber
:
Dokumentasi pribadi
Rangkuman
1
142
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS
Refleksi Pelajaran
Kegiatan diskusi akan melatih Anda dalam menangkap hal-
hal apa saja yang ditemukan dalam diskusi. Adapun penelitian
yang Anda laporkan berguna bagi orang lain. Hal itu dapat menjadi
sumber informasi yang berguna. Setelah membaca novel Indonesia,
novel terjemahan, dan hikayat, pemahaman Anda tentang ciri-ciri
dan unsur dari ketiga karya sastra tersebut akan meningkat. Anda
pun telah berlatih membandingkan ketiga karya sastra tersebut
ditinjau dari unsur ekstrinsik dan intrinsiknya. Dengan demikian,
kemampuan Anda dalam menganalisis karya sastra pun telah
bertambah. Anda pun dapat mengembangkan kemampuan Anda
dengan menulis kritik atau esai di Kelas XII nanti.
Kerjakanlah soal berikut.
Bacalah petikan cerpen terjemahan berikut
.
Sungai itu adalah sungai Imjin. Sungai yang telah
merobek Korea menjadi dua bagian, Utara dan
Selatan. Di zaman kerajaan dahulu, sungai itu pula
yang digunakan untuk batas antara kerajaan Silla,
Paeckche, dan Koguryo sekitar tahun 2000 hingga
tahun 668 Masehi, dan kini, sekali lagi, sungai itu
membagi negara ke dalam dua bagian dan menjadi
pelataran pertumpahan darah.
"Anakku sering menyeberangi sungai. Mencari
ranting-ranting semak belukar sekadar untuk kayu
bakar. Apakah itu kejahatan? la ditembak oleh senjata
kita juga. "Wanita tua itu mulai memukul-mukuli akar
pohon pinus yang kebetulan menyembul ke permukaan
dan kemudian ia melanjutkan lolongannya. "Kau tahu,
menurut perhitungan primbon, tahun ini adalah tahun
kesialanku," katanya. la menyalahkan usianya yang
lima puluh sembilan tahun. Di Korea, angka sembilan
memang dipercayai sebagai angka sial.
Sebagaimana yang telah ia katakan, anaknya
tewas mengenaskan. Ia ditembak mati oleh pengawal
Amerika selagi pulang menyeberangi sungai setelah
mengumpulkan kayu bakar. la telah menyeberangi
sungai untuk memotong ranting-ranting perdu di
daerah terlarang. "Hanya untuk menghangatkan
badanku, ia harus mati ditembak orang. Oh, betapa
buruk peruntunganku hari ini." la terus menyalahkan
peruntungannya. la tidak menyadari bahwa anaknya
telah melakukan kesalahan. Namun, ia masih saja
melulu menyalahkan sang nasib.
Kini, ia menyalahkan orang yang telah mem-
bunuh anaknya. Barangkali orang yang telah mem-
bunuh anaknya mewakili sebuah kekuatan yang
mesti dipelanginya. Mungkin ia telah terbiasa
menerima penderitaan. Sebentar kemudian ia
memandang gunung Tongmang di seberang sungai.
Angin yang bertiup menyeberangi sungai terasa
dingin menggigit, namun si wanita tua itu tampaknya
tidak peduli. Cabang-cabang pinus menggeram
ditiup angin. Matahari musim dingin dengan gontai
menyinarkan cahayanya menerobos tiga batang
pohon pinus tua tempat wanita tua itu duduk di
bawahnya. Pohon-pohon pinus dan tumpukan
batu-batu di sekitarnya adalah sebuah sortangdang,
tempat pemujaan orang-orang yang lewat berdoa
di sana untuk nasib baik dengan menambahkan
jumlah batu di tumpukan itu.
Sumber
:
Kumpulan cerpen Pertemuan
, 1996
1. Apakah tema yang dikemukakan dalam petikan cerpen tersebut?
2. Menurut Anda, bagaimana sang pengarang menggunakan gaya
bahasa dalam cerpen tersebut?
3. Di mana latar petikan cerpen tersebut?
4. Bagaimana watak setiap tokoh dalam petikan cerpen tersebut?
5. Apa saja nilai moral yang ada dalam petikan cerpen tersebut?
kanlah
soal berikut
Soal Pemahaman Pelajaran 6
Ke